OSTEOMIELITIS RAHANG

September 30, 2008 at 3:12 pm (Kesehatan Gigi dan Mulut / Oral and Dental Health) (, )

PENDAHULUAN

Penyebab infeksi odontogen adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut yaitu bakteri dalam plak, sulcus ginggiva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis.

Penjalaran infeksi odontogen yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosa baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosa tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi odontogenik adalah :

1. Jenis dan virulensi kuman penyebab.

2. Daya tahan tubuh penderita.

3. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.

4. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.

5. Adanya tissue space dan potential space.

Ostemielitis rahang adalah suatu infeksi yang ekstensif pada tulang rahang, yang mengenai spongiosa, sumsum tulang, kortex, dan periosteum. Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteomielitis, serupa dengan komplikasi yang disebabkan oleh infeksi odontogen, dapat merupakan komplikasi ringan sampai terjadinya kematian akibat septikemia, pneumonia, meningitis, dan trombosis pada sinus kavernosus. Diagnosis yang tepat amat penting untuk pemberian terapi yang efektif, sehingga dapat memberikan prognosis yang lebih baik.

DEFINISI

Osteomielitis dental atau yang disebut osteomielitis pada tulang rahang adalah keadaan infeksi akut atau kronik pada tulang rahang, biasanya disebabkan karena bakteri. Penyakit ini susah untuk didiagnosa dan diterapi. Gejala-gejala fisik pada penderita yang tidak dapat didiagnosa sebagai penyakit khusus, seperti kelelahan, dan nyeri pada sendi atau edema pada jaringan di sekitar tulang rahang sering disebabkan karena adanya infeksi bakteri yang tersembunyi pada tulang rahang yang kumannya menyebarkan toksin ke jaringan sekitarnya.

PATOGENESIS, TANDA DAN GEJALA KLINIK

Osteomielitis pada tulang rahang bermula dari infeksi dari tempat lain yang masuk ke dalam tulang dan membentuk inflamasi supuratif pada medulla tulang, karena tekanan nanah (pus) yang besar, infeksi kemudian meluas ke tulang spongiosa menuju ke daerah korteks tulang, dan akibatnya struktur tulang rahang yang harusnya kompak dan padat jadi rapuh dan lubang-lubang seperti sarang lebah dan mengeluarkan pus atau nanah yang bermuara di kulit seperti fistel (terlihat seperti bisul) , kalau dibiarkan akibatnya bisa fatal, pada rahang yg rapuh ini bisa terjadi fraktur patologis.

Gejala awalnya seperti sakit gigi dan terjadi pembengkakan di sekitar pipi, kemudian pembengkakan ini mereda, selanjutnya penyakitnya bersifat kronis membentuk fistel (saluran nanah yang bermuara di bawah kulit) kadang tidak menimbulkan sakit yang membuat menderita.

Diagnosis penyakit ini sering tidak terdeteksi dari pemeriksaan X-Foto baik digital maupun foto panoramik. Ditambah lagi pada banyak kasus ini tidak ditemukan adanya nyeri pada daerah wajah, enggannya pihak medis untuk mencabut gigi yang busuk, serta budaya pasien yang sering menunda mengobati giginya yang infeksi. Kesulitan dalam terapi osteomielitis adalah minimnya aliran darah yang menuju daerah infeksi pada rahang tersebut, sehingga mencegah antibiotik mencapai sasarannya.

ETIOLOGI

Penyebab utama yang paling sering dari osteomielitis adalah penyakit-penyakit periodontal (seperti gingivitis, pyorrhea, atau periodontitis, tergantung seberapa berat penyakitnya). Bakteri yang berperan terhadap proses terjadinya penyakit ini yang tersering adalah Staphylococcus aureus, kuman yang lain adalah Streptococcus dan pneumococcus. Penyakit periodontal juga dapat menyebabkan penyakit jantung melalui perjalanan infeksinya. Kekurangan vitamin C dan bioflavanoid dapat menyebabkan sariawan yang merupakan awal dari salah satu penyakit periodontal, dapat dicegah dengan mengkonsumsinya secara cukup.

Penyebab osteomielitis yang lain adalah tertinggalnya bakteri di dalam tulang rahang setelah dilakukannya pencabutan gigi. Ini terjadi karena kebersihan operasi yang buruk pada daerah gigi yang diekstraksi dan tertinggalnya bakteri di dalamnya. Hal tersebut menyebabkan tulang rahang membentuk tulang baru di atas lubang sebagai pengganti pembentukan tulang baru di dalam lubang, dimana akan meninggalkan ruang kosong pada tulang rahang (disebut cavitas). Cavitas ini ditemukan jaringan iskemik (berkurangnya vaskularisasi), nekrotik, osteomielitik, gangren dan bahkan sangat toksik. Cavitas tersebut akan bertahan, memproduksi toksin dan menghancurkan tulang di sekitarnya, dan membuat toksin tertimbun dalam sistem imun. Bila sudah sampai keadaan seperti ini maka harus ditangani oleh ahli bedah mulut.

Penyebab umum yang ketiga dari osteomielitis dental adalah gangren radix. Setelah gigi menjadi gangrene radix yang terinfeksi, akan memerlukan suatu prosedur pengambilan, tetapi seringnya tidak komplit diambil dan tertinggal di dalam tulang rahang, selanjutnya akan memproduksi toksin yang merusak tulang di sekitarnya sampai gigi dan tulang nekrotik di sekitarnya hilang.

Pada pembedahan gigi, trauma wajah yang melibatkan gigi, pemakaian kawat gigi, atau pemasangan alat lain yang berfungsi sebagai jembatan yang akan membuat tekanan pada gigi (apapun yang dapat menarik gigi dari socketnya) dapat menyebabkan bermulanya osteomielitis.

Selain penyebab osteomielitis di atas, infeksi ini juga bisa di sebabkan trauma berupa patah tulang yang terbuka, penyebaran dari stomatitis, tonsillitis, infeksi sinus, furukolosis maupun infeksi yang hematogen (menyebar melalui aliran darah). Inflamasi yang disebabkan bakteri pyogenik ini meliputi seluruh struktur yang membentuk tulang, mulai dari medulla, kortex dan periosteum dan semakin parah pada keadaan penderita dengan daya tahan tubuh rendah.

TERAPI

Pada osteomielitis sebaiknya pasien dirawat inap di rumah sakit. Penanganan penyakit ini adalah menyingkirkan faktor penyebabnya, gigi yang terinfeksi segera diekstraksi, squester-squester tulang matinya bila ada dibuang (squesterektomy) serta pemberian antibiotic adekuat. Prosedur ini membutuhkan tindakan operasi supaya terbentuk penulangan baru yang sehat. Perbaikan keadaan umum, nutrisi makanan, terapi vitamin, membantu mempercepat proses kesembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

1. O’Sullivan, B. Dental Osteomyelitis. http://www.health.com/dental_osteomyelitis/

2. Evy. Rahang Rontok Akibat Gigi Busuk. http://www.senyumsehat.wordpress.com/

3. Kurt H.Thoma. Oral Pathology. St. Louis the CV Mosby Company,1990. Diseases of Jaws: Osteomyelitis of The Jaws. p.859-78

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

PENYAKIT PERIODONTAL DAN HIPERTENSI

September 30, 2008 at 1:09 pm (Kesehatan Gigi dan Mulut / Oral and Dental Health) (, , )


PENDAHULUAN

Jaringan periodontal adalah sistem yang kompleks dan memiliki kepekaan tinggi terhadap tekanan. Prevalensi untuk penyakit periodontal mendekati 14% pada cakupan usia yang luas, termasuk anak-anak dan orangtua. Periodontitis dimulai dengan hilangnya tulang alveolar kemudian pembentukan pocket disekitar gigi, yang pada akhirnya menyebabkan gigi goyang dan lepas. Pocket periodontal dapat dideteksi dengan sebuah probe periodontal dan diperkirakan besarnya dengan mengukur jarak dari tepi gusi sampai dasar pocket periodontal. Pada jaringan periodontal yang sehat, tidak didapatkan adanya perlekatan epitel yang longgar atau pembentukan pocket, dan celah gusi dalamnya ± 2 mm. Faktor resiko untuk penyakit periodontal adalah plak gigi, kalkulus, usia, genetic, dan diabetes.1

Penyakit vaskuler seperti penyakit jantung koroner dan penyakit serebrovaskuler adalah penyebab kematian yang penting pada wanita usia tua di Jepang maupun di Amerika Serikat. Faktor resiko penyakit vaskuler di antaranya adalah menopause, merokok, diabetes mellitus, obesitas, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan hipertensi.2 Beberapa penelitian telah berusaha untuk menemukan hubungan antara penyakit periodontal dengan penyakit vaskuler, serta kaitannya dengan hipertensi.

PEMBAHASAN

Secara umum, bakteri yang terdapat pada gusi mempunyai peluang menjadi penyebab tiga penyakit sistemik, yaitu Diabetes Melitus, penyakit kardiovaskular, dan masalah penggumpalan darah. Namun dari ketiganya, yang paling cepat terpengaruh adalah penyakit kardiovaskular karena bakteri dalam gigi dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah.3

Penyakit Periodontal dan Penyakit Kardiovaskuler

Pasien dengan penyakit gusi yang mengalami gusi berdarah harus lebih berhati-hati karena darah yang keluar dapat membawa bakteri pathogen dalam gigi dan mulut kemudian ikut masuk ke aliran darah melalui jantung. 3 Bakteri yang beredar tersebut dapat menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah koroner yang dapat menimbulkan aterosklerosis. Infeksi dari struktur periodontal dapat mempercepat pembentukan aterosklerosis dengan cara menimbulkan inflamasi sistemik melalui pelepasan endotoksin, protein, atau reaktor fase-akut.1

Infeksi gusi yang berdarah, menyebabkan bakteri dapat memasuki aliran darah dan selanjutnya terjadi peningkatan kadar faktor-faktor peradangan dalam darah seperti fibrinogen, C-reaktif protein, dan beberapa hormone protein. Bakteri dalam aliran darah juga dapat tersangkut pada katup jantung abnormal atau kerusakan jantung lain. Jika itu terjadi, maka dapat menyebabkan endokarditis bakterialis yang dapat merusak atau menghancurkan katup jantung.3

Gigi yang lepas berkaitan dengan peningkatan resiko penyakit vaskuler seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler, dan penyakit pada arteri perifer. Satu cara potensial yang menghubungkan antara gigi yang lepas dengan resiko penyakit vaskuler adalah inflamasi akibat infeksi oral yang berkaitan dengan penyakit periodontal. Penyakit periodontal, sebuah infeksi bakteri kronik lokal pada rongga mulut, dapat menyebabkan disfungsi endotel, pembentukan plak pada arteri carotis, atau penurunan sifat antiaterogenik dari HDL. Cara yang kedua adalah bahwa gigi yang lepas dapat mempengaruhi kualitas asupan makanan dan nutrisi, yang akan menyebabkan peningkatan resiko penyakit vaskuler.2

Penyakit Periodontal dan Hipertensi

Meskipun terdapat prevalensi yang tinggi untuk hipertensi pada populasi secara umum dan kepentingan prognostiknya, namun hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan penyakit periodontal. Pada satu penelitian, didapatkan hasil bahwa tekanan darah sistolik meningkat progresif sejalan dengan keparahan penyakit periodontal, sedangkan tekanan darah diastolik tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.1 Berikut ini akan disampaikan beberapa mekanisme yang menghubungkan antara penyakit periodontal dan hipertensi, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdahulu.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Castelli et al., ditemukan proliferasi tunika intima dengan penyempitan lumen pembuluh darah yang mendarahi membran periodontal pada subjek penelitian yang menderita hipertensi. Sementara pada penelitian lain, diketahui bahwa posisi dan pergerakan gigi dipengaruhi oleh kekuatan tekanan darah yang melalui pembuluh darah periodontal.1

Massa ventrikel kiri jatung meningkat secara abnormal pada sekitar 1/3 orang yang menderita hipertensi, dan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) berkaitan dengan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler akibat tekanan darah dan faktor resiko lainnya. Massa ventrikel kiri juga menunjukkan peningkatan progresif dengan keparahan penyakit periodontal. Pada subjek yang menderita hipertensi, jantung yang mengalami hipertrofi dan periodontium dapat bersama-sama mengalami disfungsi mikrosirkulasi dan penipisan dinding arteriol dan kapiler. Tekanan berlebihan dapat menyebabkan timbulnya LVH dan menyebabkan penyempitan diameter lumen pembuluh darah kecil secara menyeluruh. Penipisan vaskuler yang terjadi dapat menyebabkan iskemi pada jantung dan jaringan periodontal.1

Gigi yang lepas dapat menyebabkan perubahan pola diet, sehingga meningkatkan resiko hipertensi karena adanya perubahan pola diet yang dapat berkaitan dengan hipertensi. Dalam sebuah penelitian terhadap wanita postmenopasue, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gigi yang lepas dengan peningkatan resiko hipertensi. Berdasarkan hubungan kausal, beberapa hipotesis dapat dipertimbangkan sebagai mekanisme yang menghubungkan gigi yang lepas dan peningkatan resiko hipertensi. Asupan beberapa makanan bergizi serta kadar beta-karoten, folat dan vitamin C dalam serum secara signifikan lebih rendah pada pengguna gigi palsu di Amerika Serikat. Penurunan vitamin antioksidan dalam serum seperti vitamin C pada wanita postmenopause dengan gigi yang lepas dalam penelitian ini dapat menyebabkan meningkatnya resiko hipertensi.2 Subjek dengan gigi yang lepas memiliki resiko penyakit periodontal yang lebih besar, sehingga menyebabkan disfungsi endotel akibat inflamasi akibat infeksi oral dan meningkatkan resiko hipertensi.2

Gigi yang lepas juga dapat mencerminkan riwayat stress mental terdahulu yang dapat menyebabkan resiko hipertensi. Namun, belum ada penelitian yang dapat mendukung hipotesis ini.2 Sementara itu, tidak ada perbedaan yang signifikan pada aktivitas ACE plasma, aktivitas renin plasma, atau konsentrasi angiotensin II dalam plasma antara subjek dengan dan tanpa gigi yang lepas. Temuan ini menunjukkan bahwa mekanisme yang menghubungkan gigi yang lepas dengan peningkatan resiko hipertensi tidak berkaitan dengan sistem renin-angiotensin.2

Beberapa obat hipertensi dapat mengakibatkan mulut kering atau mengganggu indera pengecap. Golongan kalsium antagonis, kadang dapat menyebabkan gusi membengkak dan menebal, hingga sulit mengunyah. Pada beberapa kasus, gingivektomi mungkin diperlukan.3 Perlu diperhatikan juga pada prosedur gigi yang membutuhkan anestesi, terutama jika obat anestesi mengandung epinefrin. Penggunaan epinefrin pada beberapa pasien hipertensi dapat menyebabkan perubahan kardiovaskular, angina, serangan jantung, dan aritmia.3

KESIMPULAN

Terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan hipertensi. Hubungan tersebut dapat melalui mekanisme terjadinya kelainan kardiovaskuler, maupun melalui mekanisme lain seperti perubahan pada struktur lumen dan dinding pembuluh darah, disfungsi endotel akibat inflamasi menyeluruh, perubahan pola diet, serta penggunaan obat-obatan sebagai terapi pada kedua keadaan tersebut. Oleh sebab itu, evaluasi sederhana terhadap kesehatan jaringan periodontal dapat bermanfaat sebagai penilaian awal resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Angeli F., Verdecchia P., Pellegrino C., et al. Association Between Periodontal Disease and Left Ventricle Mass in Essential Hypertension. http://hyper.ahajournals.org/cgi/reprint/41/3/488
  2. Taguchi A. , Sanada M., Suei Y., et al. Tooth Loss Is Associated With an Increased Risk of Hypertension in Postmenopausal Women. http://hyper.ahajournals.org/cgi/reprint/43/6/1297
  3. Andra. Ancaman Gigi Terhadap Jantung. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=474

Permalink 2 Komentar